Jumat, 13 Mei 2016

Tinggallah kenangan
Berakhir lewat bunga
Seluruh cintaku untuknya

Bunga terakhir ku persembahkan kepada yang terindah
Sebagai suatu tanda cinta untuknya

Betapa cinta ini sungguh berarti
Tetaplah terjaga
Selamat tinggal kasih
Ku telah pergi selamanya

Bunga terakhir ku persembahkan kepada yang terindah
Sebagai suatu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang tuk selamanya

Bunga terakhir

Bunga terakhir ku persembahkan kepada yang terindah
Menjadi satu kenangan yang tersimpan, bunga terakhir
Bunga terakhir menjadi satu kenangan yang tersimpan
Sebagai satu tanda cinta untuknya (untuknya), bunga terakhir
Sebagai  tanda Bukan Ku Tak Sayang padamu

Maafkan Aku By Riza 28

Kamis, 12 Mei 2016

PENGUMUMAN REKRUT EKSTERNAL TINGKAT SLTA TAHUN 2016

Kembali



PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi di Indonesia, yang mengutamakan profesionalisme dan kinerja, memberikan kesempatan kepada putra-putri terbaik Indonesia untuk berkarier di perusahaan dengan persyaratan dan kriteria rekrutmen sebagai berikut :

 Kriteria Pelamar
 1.  Warga Negara Indonesia (WNI).
 2.  Sehat jasmani /rohani serta tidak buta warna.
 3.  Berkelakuan baik.
 4.  Berijazah SMA/MA/SMK sederajat dan NEM/UAN rata-rata serendah-rendahnya 6,5 (enam koma lima)
 5.  Usia pelamar per 01 Juni 2016 serendah-rendahnya 18 (Delapan Belas) tahun, setinggi-tingginya 30 (Tiga Puluh) tahun.
 6.  Pria/Wanita.
 7.  Tinggi badan minimal 160 cm untuk pria dan 155 cm untuk wanita.
 8.  Tidak pernah terlibat narkoba atau psikotropika.
 9.  Khusus pria tidak bertindik.
10. Tidak bertato.
11. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (Persero)
12. Tidak memiliki hubungan perkawinan dengan pekerja PT Kereta Api Indonesia (Persero).
13. Lulus dalam seleksi calon pekerja baru yang diselenggarakan oleh panitia rekrut PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2016


 Persyaratan Umum Lamaran
 1.  Foto copy ijazah SMA/SMK yang dilegalisir atau SKL (Surat Keterangan Lulus) asli.
 2.  Foto copy NEM/UAN SMA/SMK yang dilegalisir atau Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) asli.
 3.  Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku.
 4.  Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 4 lembar.
 5.  Surat lamaran kerja ditulis tangan.
 6.  Foto copy akta kelahiran / surat kenal lahir.
 7.  Curicullum Vitae (CV) dengan mencantumkan pengalaman bekerja sampai dengan saat ini.
 8.  Asli Surat keterangan kelakuan baik dari kepolisian yang masih berlaku.
 9.  Surat pernyataan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah perusahaan bermaterai Rp. 6.000,00 (disediakan pada
      saat penandatanganan kontrak magang.
10. Surat pernyataan bersedia dikeluarkan dari perusahaan tanpa tuntutan dalam bentuk apapun, apabila data yang diberikan
      pada saat melamar tidak benar atau palsu, bermaterai Rp 6.000,00 (disediakan sewaktu tandatangan kontrak magang).
11. Surat keterangan bebas narkoba dari instansi yang berwenang.

 keterangan :
 a.  Persyaratan 1 s/d 4 diupload via website rekrut.kereta-api.co.id pada tanggal 14-16 Mei 2016 dalam format PDF dengan
      ukuran maksimal 2 Mb (untuk foto di upload dalam format JPEG).
 b.  Persyaratan 5 s/d 11 dibawa pada saat penandatanganan kontrak magang.

 Tahapan Seleksi
 1.  Tahap I     :  Seleksi Administrasi
 2.  Tahap II    :  Seleksi Kesehatan Awal
 3.  Tahap III   :  Seleksi  Psikologi
 4.  Tahap IV   :  Seleksi Wawancara
 5.  Tahap V    :  Seleksi Kesehatan Akhir

 Pendidikan Yang Dibutuhkan
NO

JENIS PEKERJAAN

PENDIDIKAN

1

Operasional :
a.  PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api);
b.  PAP (Pengawas Peron);
c.  PK/OC (Pusat Pengendalian Operasional Kereta Api);
d.  PJW (Penjaga Wesel);
e.  PLR (Petugas Langsir);
f.   PJL (Penjaga Pintu Perlintasan);
g.  PRS (Penjaga Rumah Sinyal).

SMA IPA

2

Pemeliharaan Jalan Rel dan Jembatan, Trouble Shooter

SMA IPA, SMK Mesin/Elektro/Bangunan

3

Pemeliharaan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik

SMA IPA, SMK Elektro/Elektronika/Mekatronika/Telekomunikasi/Instrumental/Industri/Kontrol Proses/Kontrol Mekanik/Listrik

4

Pemeliharaan Kereta, Gerbong, Lokomotif, Kereta Rel Diesel dan Genset

SMA IPA, SMK Mesin/Otomotif/Elektro/Elektronika/Listrik

5

Administrasi

SMA IPA/IPS, SMK Administrasi Perkantoran/Akuntansi


 Pelaksanaan Seleksi
 1.  Pelamar melakukan upload persyaratan umum poin 1 s/d 4 pada tanggal 14-16 Mei 2016 di website rekrut.kereta-api.co.id.
 2.  Bagi pelamar yang melakukan upload data diluar tanggal yang sudah ditentukan, maka dianggap tidak melakukan upload data /
      pendaftaran.
 3.  Pelamar yang lulus seleksi tahap I (Seleksi Administrasi) berhak mengikuti seleksi tahap II (Seleksi Kesehatan Awal)

Selasa, 03 Mei 2016


Kisah Nyata Orang Kaya Yang Nyamar Jadi Marbot Masjid

Ada dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zaenal. Ahmad ini pintar sekali. Cerdas. Tapi dikisahkan kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal adalah sahabat yang biasa-biasa saja. Namun keadaan orang tuanya mendukung karir dan masa depan Zaenal.

Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu. Bertemu di tempat yang istimewa; di koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid mungil.

Adalah Zaenal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah. Necis. Perlente. Tapi tetap menjaga kesalehannya.

Ia punya kebiasaan. Setiap keluar kota, ia sempatkan singgah di masjid di kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur masih dapat waktu-waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah juga sebagai tambahan.

Seperti biasa, ia tiba di satu kota. Ia mencari masjid. Ia pinggirin mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.

Di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya minta ampun.

Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai marbot masjid.

“Maaf,” katanya menegor sang marbot. “Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?”.

Yang ditegor tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan. “Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Zaenal terlihat masih dalam keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.

Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kaen pel. Khas marbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidat hitamnya terlhat jelas.

“Mad… Ini kartu nama saya…”.

Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wuih, bener-bener keren.

“Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar marbot di masjid ini. Maaf…”.

Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… Silahkan ya. Yang nyaman”.

Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai marbot, tapi marbot… ah, pikirannya tidak


mampu


membenarkan. Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yang tidak berpihak kepada orang-orang


yang sebenernya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.

Air wudhu membasahi wajahnya…

Sekali lagi Zaenal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan marbot. Melainkan “office boy”.

Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah agaknya. Ya, Zaenal sudah shalat fardhu di masjid sebelumnya. Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”, gumamnya.

Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad.

“Pak,” tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.

“Iya Mas..?”

“Pak, Bapak kenal emangnya sama Haji Ahmad…?”

“Haji Ahmad…?”

“Ya, Haji Ahmad…”

“Haji Ahmad yang mana…?”

“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”

“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”

“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelumnya bangun ini masjid…”.

Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal… Dari dulu sudah haji… Dari sebelumnya bangun masjid ini…

Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yang merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau bangun sendiri masjid ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat.

Bapak lihat toko material di sebelah masjid ini… Itu toko nya beliau. Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh. Yaitu senangnya menggantikan

Kisah Nyata Orang Kaya Yang Nyamar Jadi Marbot Masjid

Ada dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zaenal. Ahmad ini pintar sekali. Cerdas. Tapi dikisahkan kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal adalah sahabat yang biasa-biasa saja. Namun keadaan orang tuanya mendukung karir dan masa depan Zaenal.

Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu. Bertemu di tempat yang istimewa; di koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid mungil.

Adalah Zaenal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah. Necis. Perlente. Tapi tetap menjaga kesalehannya.

Ia punya kebiasaan. Setiap keluar kota, ia sempatkan singgah di masjid di kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur masih dapat waktu-waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah juga sebagai tambahan.

Seperti biasa, ia tiba di satu kota. Ia mencari masjid. Ia pinggirin mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.

Di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya minta ampun.

Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai marbot masjid.

“Maaf,” katanya menegor sang marbot. “Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?”.

Yang ditegor tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan. “Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Zaenal terlihat masih dalam keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.

Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kaen pel. Khas marbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidat hitamnya terlhat jelas.

“Mad… Ini kartu nama saya…”.

Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wuih, bener-bener keren.

“Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar marbot di masjid ini. Maaf…”.

Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… Silahkan ya. Yang nyaman”.

Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai marbot, tapi marbot… ah, pikirannya tidak


mampu


membenarkan. Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yang tidak berpihak kepada orang-orang


yang sebenernya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.

Air wudhu membasahi wajahnya…

Sekali lagi Zaenal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan marbot. Melainkan “office boy”.

Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah agaknya. Ya, Zaenal sudah shalat fardhu di masjid sebelumnya. Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”, gumamnya.

Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad.

“Pak,” tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.

“Iya Mas..?”

“Pak, Bapak kenal emangnya sama Haji Ahmad…?”

“Haji Ahmad…?”

“Ya, Haji Ahmad…”

“Haji Ahmad yang mana…?”

“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”

“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”

“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelumnya bangun ini masjid…”.

Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal… Dari dulu sudah haji… Dari sebelumnya bangun masjid ini…

Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yang merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau bangun sendiri masjid ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat.

Bapak lihat toko material di sebelah masjid ini… Itu toko nya beliau. Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh. Yaitu senangnya menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji saja dan adzan…”.

..................................

Sahabat.... mungkin jika Ahmad itu adalah kita, begitu ketemu kawan lama yang sedang melihat kita ngebersihin toilet, segera kita beritahu posisi kita siapa yang sebenernya. Dan jika kemudian kawan lama kita ini sampe menyangka kita marbot masjid beneran, maka kita akan menyangkal dan kemudian menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah kawan kita bahwa kita inilah pewakaf dan yang ngebangun masjid ini.

Tapi kita bukan Haji Ahmad. Dan Haji Ahmad bukanlah kita. Ia selamat dari kerusakan amal, sebab ia cool saja. Tenang saja. Adem. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa. Dan kemudian Allah lah yang memberitahu siapa dia sebenarnya.